LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU DASAR TEKNIK KIMIA I
SEMESTER : II (DUA)
TAHUN AJARAN : 2016/2017
MODUL PERCOBAAN : VISKOSITAS
KELOMPOK : I (SATU)
HARI/TGL. PERCOBAAN : RABU/5 APRIL 2017
NAMA
|
NIM
|
YONNA AFRILIA
|
160405003
|
Kondisi Ruangan : 760 mmHg
Suhu Ruangan : 30 oC
LABORATORIUM KIMIA FISIKA
DEPARTEMEN
TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
ABSTRAK
Percobaan ini bertujuan
untuk menentukan viskositas suatu zat cair dengan menggunakan viskosimeter Ostwald.
Peralatan yang digunakan adalah viskosimeter
Ostwald, stopwatch, gelas ukur, karet penghisap, piknometer, beaker glass, termometer
dan neraca elektrik. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aquadest
(H2O), asam asetat (CH3COOH) dan yakult dengan
konsentrasi 20 % dan 40%, variasi suhu 15 oC, 30 oC dan 45 oC.
Percobaan dilakukan dengan memasukkan sampel ke dalam viskosimeter Ostwald, lalu dihitung waktu
turunnya larutan dari batas atas hingga kebatas bawah. Nilai viskositas praktek untuk larutan asam asetat dengan
konsentrasi 20 % pada suhu 15 oC, 30 oC, dan 45 oC
berturut-turut adalah 0,675 cP, 1,496 cP, dan 1,031 cP. Untuk viskositas larutan
asam asetat dengan konsentrasi 40 %
pada suhu 15 oC, 30 oC, dan 45 oC berturut-turut
adalah 1,009 cP, 1,757 cP, dan 1,26 cP. Nilai viskositas praktek untuk larutan yakult dengan konsentrasi 20 % pada suhu 15 oC, 30 oC,
dan 45 oC berturut-turut adalah 0,956 cP, 1,311 cP, dan 0,993 cP.
Dan viskositas larutan yakult dengan konsentrasi 40 % pada suhu 15 oC,
30 oC, dan 45 oC berturut-turut adalah 0,995 cP, 1,533 cP, dan 1,188 cP. Nilai densitas aquadest
pada suhu 15 oC, 30 oC dan 45 oC adalah
1,026 gr/ml, 1 gr/ml dan 0,967 gr/ml. Nilai densitas untuk asam asetat 20 % suhu 15 °C,
30 °C dan 45 °C adalah 1,023 gr/ml, 1,025 gr/ml dan 1,059 gr/ml. Nilai densitas
untuk asam
asetat 40 % pada suhu 15 °C, 30 °C dan 45 °C adalah 1,094
gr/ml, 1,095gr/ml dan 1,116 gr/ml. Nilai densitas untuk yakult 20 % pada suhu 15 °C, 30 °C dan 45 °C adalah 1,417 gr/ml, 1,409 gr/ml
dan 1,404 gr/ml. Nilai densitas untuk yakult 40 % pada suhu 15 °C, 30 °C dan 45 °C adalah 1,43 gr/ml, 1,428 gr/ml
dan 1,419 gr/ml.
Kata kunci : densitas, aquadest, asam
asetat, yakult, viskosimeter Ostwald, viskositas
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Fluida adalah
zat-zat yang mampu mengalir dan menyesuaikan diri dengan bentuk wadah tempatnya
atau zat yang akan berdeformasi terus menerus selama dipengaruhi oleh suatu
tegangan geser. Fluida memiliki sifat tidak menolak terhadap perubahan bentuk
dan kemampuan untuk mengalir (atau
umumnya kemampuannya untuk mengambil bentuk dari wadah mereka). Diantara
salah satu sifat zat cair adalah kental (viscous) di mana zat cair memiliki
koefisien kekentalan yang berbeda-beda, misalnya kekentalan minyak goreng
berbeda dengan kekentalan oli. Dengan sifat ini zat cair banyak digunakan dalam
dunia otomotif yaitu sebagai pelumas mesin. Telah diketahui bahwa pelumas yang
dibutuhkan tiap-tiap tipe mesin membutuhkan kekentalan yang berbeda-beda.
Sehingga sebelum menggunakan pelumas merek tertentu harus diperhatikan terlebih
dahulu koefisien kekentalan pelumas sesuai atau tidak dengan tipe mesin (Torryselly,
2008).
Viskositas
(kekentalan) berasal dari perkataan viscous. Suatu bahan
apabila dipanaskan sebelum menjadi cair terlebih dulu menjadi viscous yaitu menjadi lunak dan dapat
mengalir pelan-pelan. Viskositas dapat dianggap sebagai gerakan di bagian dalam
(internal) suatu fluida. Jika sebuah benda berbentuk bola dijatuhkan ke dalam
fluida kental, misalnya kelereng dijatuhkan ke dalam kolam renang yang airnya
cukup dalam, nampak mula-mula kelereng bergerak dipercepat. Tetapi beberapa
saat setelah menempuh jarak cukup jauh, nampak kelereng bergerak dengan
kecepatan konstan (bergerak lurus beraturan). Ini berarti bahwa di samping gaya
berat dan gaya apung zat cair masih ada gaya lain yang bekerja pada kelereng
tersebut. Gaya ketiga ini adalah gaya gesekan yang disebabkan oleh kekentalan
fluida (Budianto, 2008).
Nilai dari suatu viskositas juga
sangat diperlukan dalam beberapa industri, seperti pada industri sirup, oli,
kecap, dan sebagainya dimana nilai viskositas tersebut akan dapat menentukan
kualitas dari produk industri tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan praktikum
penentuan viskositas untuk mengetahui kecepatan mengalir suatu fluida dimana
datanya akan sangat banyak digunakan di bidang–bidang mekanika fluida seperti
aliran dalam pipa dan pompa.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah
yang terdapat di dalam percobaan ini adalah:
1. Bagaimana
cara mengukur densitas suatu
sampel ?
2. Bagaimana
cara mengukur viskositas suatu sampel dengan menggunakan viskosimeter Ostwald?
3. Bagaimana
pengaruh suhu, konsentrasi, berat molekul, dan densitas terhadap viskositas?
1.3 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan
viskositas suatu zat cair dengan menggunakan viskosimeter Ostwald.
1.4 Manfaat Percobaan
Adapun manfaat percobaan ini adalah :
1. Praktikan dapat mengetahui bagaimana menentukan densitas dari suatu sampel.
2. Praktikan dapat mengetahui bagaimana menentukan
viskositas dari suatu sampel dengan menggunakan viskosimeter Otswald.
3.
Praktikan dapat memahami apa yang disebut viskositas serta apa kegunaanya
dalam kehidupan sehari-hari.
1.5 Ruang Lingkup Percobaan
Percobaan viskositas ini dilakukan di
laboratorium Kimia Fisika, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara dengan kondisi ruangan:
Tekanan Udara : 760 mmHg
Suhu :
30 oC
Bahan yang digunakan dalam percobaan
ini adalah aquadest (H2O),
Asam Asetat (CH3COOH) dan Yakult dengan konsentrasi volume 20
%,dan 40% pada variasi suhu 15 oC,
30 oC dan 45 oC. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah beaker glass, gelas ukur, karet penghisap, neraca elektrik,
piknometer, stopwatch, termometer,
dan viskosimeter Ostwald. Volume untuk penentuan
densitas sebanyak 25 mL, sedangkan volume untuk penentuan viskositas sebanyak 15 mL.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Viskositas
Viskositas adalah ukuran resistensi
cairan untuk merusak bentuk bawah tegangan geser . Hal ini umumnya dianggap
sebagai perilaku aliran atau resistensi penuangan. Viskositas menjelaskan
resistansi internal cairan mengalir dan dapat dianggap sebagai ukuran gesekan
cairan (Strasse, 2012).
Pada dasarnya viskositas ini disebabkan karena
kohesi dan pertukaran momentum molekuler diantara lapisan fluida pada saat
fluida tersebut mengalir. Pada saat zat cair, jarak antar molekul jauh lebih
kecil dibanding pada gas, sehingga kohesi molekul disitu begitu kuat sekali. Peningkatan
temperatur mengurangi kohesi molekuler, dan ini diwujudkan berupa berkurangnya
viskositas fluida, viskositas fluida ini dipengaruhi oleh banyak hal antara
lain temperatur, konsentrasi larutan, bentuk partikel dan sebagainya
(Torryselly, 2008).
Viskositas
cairan yang bersifat newtonian tidak berubah dengan adanya perubahan gaya
gesekan antar permukaan cairan dengan dinding. Cairan newtonian biasanya
merupakan cairan murni secara kimiawi dan homogen secara fisikawi. Contohnya
adalah larutan gula, air, minyak, sirup, gelatin, dan susu. Viskositas
berhubungan dengan besarnya gaya gesekan antar lapis zat cair itu, dan juga
antara zat cair dengan dinding pipanya. Fluida cair yang mengalir di dalam
pipa, jenis alirnya dapat berupa aliran laminar atau aliran turbulen.
Viskositas biasanya berhubungan dengan konsistensi dan tendensi. Konsistensi
dapat didefenisikan sebagai ketidakmampuan suatu bahan untuk melawan perubahan
bentuk bila suatu bahan mendapat gaya gesekan. Gesekan ini timbul sebagai hasil
perubahan bentuk cairan yang disebabkan karena adanya resistensi yang
berlawanan. Jika tenaga diberikan pada suatu cairan, tenaga ini menyebabkan
suatu perubahan bentuk yang disebut aliran (Ningrum dan Toifur, 2014).
2.2
Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Viskositas
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
viskositas, yaitu :
a.
Tekanan
Viskositas cairan naik
dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas gas tidak dipengaruhi oleh
tekanan.
b.
Temperatur
Viskositas akan turun
dengan naiknya suhu, sedangkan viskositas gas naik dengan naiknya suhu.
Pemanasan zat cair menyebabkan molekul-molekulnya memperoleh energi.
Molekul-molekul cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul melemah.
Dengan demikian viskositas cairan akan turun dengan kenaikan temperatur.
c.
Kehadiran zat lain
Penambahan gula tebu
meningkatkan viskositas air. Adanya bahan tambahan seperti bahan suspensi
menaikkan viskositas air. Pada minyak ataupun gliserin adanya penambahan air
akan menyebabkan viskositas akan turun karena gliserin maupun minyak akan
semakin encer, waktu alirnya semakin cepat.
d.
Ukuran dan berat molekul
Viskositas naik dengan
naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran alkohol cepat, larutan minyak laju
alirannya lambat dan kekentalannya tinggi seta laju aliran lambat sehingga
viskositas juga tinggi.
e.
Berat molekul
Viskositas
akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak.
f.
Kekuatan antar molekul
Viskositas air naik denghan
adanya ikatan hidrogen, viskositas CPO dengan gugus OH pada trigliseridanya
naik pada keadaan yang sama.
(Reza, dkk., 2013).
2.3
Metode
Penentuan
Viskositas
Ada beberapa metode dalam pengukuran viskositas, antara lain :
2.3.1 Metode Bola Jatuh
Metode bola jatuh adalah adalah salah satu yang paling awal dan paling rumit untuk menentukan
absolut viskositas geser sebuah cairan Newtonian. Dalam metode ini, sebuah bola yang dibiarkan jatuh
bebas dan jaraknya diukur melalui media cairan kental dan kecepatannya ditentukan. Tarikan kekentalan
dari lingkup jatuh menghasilkan kekuatan menahan (F) sebagaimana yang dijelaskan oleh hukum Stokes :
F =6πηrsUt (Leblanc, dkk., 1999).
Dimana rs merupakan radius dari bolah jatuhnya dan Ut merupakan kecepatan terminal dari sebuah
benda jatuhnya.
2.3.2 Metode Silinder Jatuh
Metode silinder jatuh mirip dengan konsep metode bola jatuh kecuali pada saat pendaratannya sisi
ratanya, padat silinder bebas jatuh vertikal ke arah sumbu longitudinal pada cairan dalam wadah silinder.
Tidak seperti aliran fluida pada metode bola jatuh , gerakan fluida pada permukaan rata silinder sangat
kompleks. Efek dari ujung wadah diminimalkan dengan membuat celah kecil antara silinder dan dinding
kontainer (Leblanc, dkk., 1999).
2.3.3 Metode Benda Jatuh pada Cairan yang Keruh
Metode beberapa benda jatuh yang dijelaskan di atas telah banyak diterapkan untuk cairan transparan
yang artinya bisa terlihat . Untuk cairan yang keruh, bagaimanapun, metode penjatuhan benda pada cairan
keruh ini memerlukan beberapa teknik penginderaan untuk menentukan. Teknik ini bervariasi tetapi mereka
semua memiliki kesamaan kemampuan untuk mendeteksi benda ketika bergerak melewati sensor
(Leblanc, dkk., 1999).
2.3.4 Metode Osilasi
Jika cairan yang terkandung dalam sebuah kapal ditangguhkan oleh beberapa sistem torsional yang diatur
dalam osilasi sekitar sumbu vertikal, maka gerak kapal akan mengalami redaman bertahap. Dalam situasi yang
ideal, redaman dari gerakan kapal timbul murni sebagai akibat dari viscous coupling dari cairan ke kapal dan
viscous coupling antara lapisan dalam cairan. Dalam setiap situasi praktis, ada juga kerugian gesekan dalam
sistem yang membantu dalam efek redaman dan harus diperhitungkan dalam analisis. Dari pengamatan amplitudo
dan periode waktu dari osilasi yang dihasilkan, viskositas cairan dapat dihitung (Leblanc, dkk., 1999).
2.3.5 Metode Ultrasonik
Viskositas memainkan peran penting dalam penyerapan energi gelombang akustik bepergian melalui cairan.
Dengan menggunakan gelombang ultrasonik (104 Hz <f <108 Hz), elastis, viskoelastik, dan respon kental cairan
dapat diukur ke kali esingkat 10 ns. Ketika viskositas fuida rendah, skala waktu yang dihasilkan untuk relaksasi
struktural lebih pendek dari periode gelombang ultrasonik dan fluida yang diselidiki dalam keadaan santai. Tinggi
viskositas fluida mengalami gelombang kereta ultrasonik menanggapi sebagai cairan kaku karena equilibrium
struktural karena gangguan akustik tidak pergi ke selesai sebelum siklus gelombang berikutnya. Akibatnya, cairan
dikatakan dalam kondisi yang tidak santai yang ditandai dengan dispersi (kecepatan gelombang bergantung pada
frekuensi) dan modulus elastisitas yang mencerminkan cairan jauh lebih kaku. Frekuensi ketergantungan viskositas
relatif terhadap beberapa referensi viskositas (η0) pada frekuensi rendah, η / η0, dan penyerapan per panjang gelombang,
αλ, di mana α adalah penyerapan koefisien dari cairan dan λ adalah panjang gelombang dari gelombang kompresional,
untuk cairan dengan waktu relaksasi tunggal (Leblanc, dkk, 1999).
2.4
Studi Kasus Viskositas dalam Keseharian
Pemakaian
dan penerapan fasilitas produksi secara lebih baik, penerapan metode kerja yang
lebih efektif dan efisien; dan atau penggunaan bahan baku yang lebih ekonomis merupakan
beberapa faktor teknis penting yang menentukan produktivitas kerja dalam
perusahaan. Pada kasus internal flow
(aliran fluida dalam pipa), indeks produktivitas dapat menurun karena adanya
hambatan aliran fluida. Walaupun seluruh
fasilitas produksi masih beroperasi dengan baik, namun hambatan aliran
tersebut dapat berpengaruh pada laju penurunan produksi yang tiba-tiba.
Hambatan produktivitas pada internal flow
ditemui dalam transportasi fluida viscous
(kental), salah satu contohnya di industri pengolahan minyak bumi.Temperatur
permukaan yang rendah mempengaruhi performa aliran pada sistem pipa
transportasi minyak berat.Hal ini disebabkan karena penurunan temperatur dapat
meningkatkan viskositas, sehingga minyak sulit untuk mengalir. Hal yang sama terjadi
di PT. Lombok Gandaria, salah satu perusahaan penghasil kecap dan saus di Kota
Solo. Pada lintasan produksi kecap, perusahaan ini mengalami hambatan
distribusi kecap di dalam pipa-pipanya. Viskositas zat cair cenderung menurun
seiring dengan kenaikan temperatur, hal ini disebabkan oleh gaya kohesi pada
zat cair yang bila temperaturnya dinaikkan mengalami penurunan, sehingga
menyebabkan turunnya nilai viskositas dari zat cair tersebut. Dengan kata lain
pada temperatur yang semakin rendah maka viskositas semakin tinggi, begitu juga
sebaliknya. Kondisi produksi pada PT. Lombok Gandaria menggambarkan, ketika
temperatur keluaran kecap berada dibawah 33oC maka hasil produksi
kecap cenderung menurun dan tidak memenuhi target. Kendala dalam sistem internal flow ini berdampak akhir pada
penurunan tingkat produktivitas kecap filler.
Kondisi aliran kecap yang tidak lancar banyak dipengaruhi oleh rendahnya
temperatur. Penurunan temperatur ini dapat dipengaruhi oleh temperatur
lingkungan dan atau panjangnya sistem perpipaan yang digunakan. Panjang pipa
merupakan salah satu parameter yang menyebabkan kehilangan energi sehingga
menyebabkan penurunan temperatur pada fluida. Selain itu, panjangnya pipa juga
berpengaruh terhadap gaya gesek fluida. Kekentalan atau viskositas sendiri
dapat dianggap sebagai gesekan dari bagian dalam suatu fluida. Adanya
viskositas menimbulkan kebutuhan terhadap gaya untuk menggerakkan salah satu
fluida diatas lapisan lainnya, atau supaya satu permukaan dapat meluncur di
atas lainnya. Jika temperatur pada aliran fluida dalam pipa dapat dikendalikan,
maka diharapkan bahwa kelancaran aliran kecap dan produktivitasnya juga dapat
dioptimalkan. Dengan adanya rancangan temperature
control system diharapkan dapat menjaga kestabilan temperatur kecap
sehingga aliran dalam pipa lancar dengan tetap menjaga kualitas produk kecap
itu sendiri. Diharapkan, kelancaran aliran dan peningkatan produktivitas
produksi kecap memiliki efek yang signifikan terhadap pemenuhan demand dan penguasaan pasar lokal di
samping peluang pasar non domestik (Permatasari, 2010).
2.5
Aplikasi Dalam Industri “Pembuatan
Biodiesel Minyak Jarak Pagar”
Kebutuhan akan bahan bakar alternatif
semakin meningkat. Salah satu pengganti bahan bakar konvensional dari minyak
bumi adalah minyak nabati. Minyak jarak pagar merupakan salah satu minyak
nabati yang potensial. Tanaman Jarak pagar (Jatropha curcas L.) sudah banyak
diteliti dan dikembangkan, terutama berkaitan dengan sifatnya yang non-edible serta kemampuannya untuk
tumbuh dan berkembang di lahan kering.
Minyak nabati memiliki nilai kalor yang
hampir sama dengan bahan bakar konvensional, namun viskositasnya jauh lebih
tinggi dari minyak diesel. Hal ini menghambat proses injeksi dan mengakibatkan
pembakaran yang tidak sempurna serta meninggalkan residu karbon pada injektor.
Upaya untuk mengurangi viskositas minyak
antara lain dengan pengenceran minyak dengan pelarut, emulsifikasi, pirolisis,
dan transesterifikasi. Transesterifikasi adalah cara yang paling banyak
dilakukan karena tidak membutuhkan energi dan suhu yang tinggi. Reaksi ini akan
menghasilkan metil atau etil ester, tergantung dengan jenis alkohol yang
direaksikan. Metil atau etil ester ini memiliki viskositas rendah dan nilai
kalor yang mendekati bahan bakar konvensional. Oleh karena itu disimpulkan perlakuan terbaik adalah proses
transesterifikasi satu tahap pada suhu 30 °C dengan molar rasio metanol: minyak
sebesar 5:1. Metil ester yang dihasilkan memiliki viskositas kinematik 3.89
cSt, densitas 0.88 g/cm3.
Biaya produksi biodiesel masih lebih tinggi
dari harga solar yang beredar saat ini. Biaya produksi biodiesel yang
menggunakan bahan kimia analitycal grade
mencapai Rp 32.716/liter.
Jika bahan yang digunakan bersifat teknis, maka biaya ini dapat ditekan hingga
Rp 7.200/liter. Jika
biji jarak dibudidayakan sendiri dan rendemen biodiesel dapat ditingkatkan maka
harga biodiesel dapat turun menjadi Rp 3.277/liter.
Perhitungan viskositas sangat dibutuhkan
dalam pembuatan biodiesel ini. Viskositas kinematik menjadi parameter utama
dalam penentuan mutu metil ester, karena memiliki pengaruh besar terhadap
efektifitas metil ester sebagai bahan bakar. Minyak nabati memiliki viskositas
jauh di atas viskositas bahan bakar diesel, inilah yang menjadi kendala
penggunaan langsung minyak nabati sebagai bahan bakar. (Sari, 2007).
2.6
Teori Sampel
2.6.1 Aquadest
Aquadest adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O:
satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen
pada satu atom oksigen. Aquadest
bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar,
yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia
ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk
melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa
jenis gas dan banyak macam molekul organic (Reza, dkk., 2013).
Dibawah ini adalah tabel 2.1 yang
merupakan sifat fisika dan sifat kimia aquadest
sebagai berikut:
Tabel 2.1
Sifat Fisika dan Sifat Kimia Aquadest (H2O)
No.
|
Sifat
Fisika
|
Sifat
Kimia
|
1.
|
Berat
molekul: 18,02 gr/ml
|
Memiliki
pH 7 (netral)
|
2.
|
Densitas:
0,62 (Air = 1)
|
Senyawa
stabil
|
3.
|
Tidak
berwarna
|
Tidak
terjadi polimerisasi
|
4.
|
Titik
didih: 100 oC
|
Tidak
iritasi pada kulit
|
5.
|
Tekanan
uap:2,3 kPa(@20 0C)
|
Tidak
mengganggu pernafasan
|
(Sciencelab, 2017a).
2.6.2 Asam Asetat (CH3COOH)
Asam asetat atau dikenal sebagai
asam cuka (CH3COOH) adalah senyawa berbentuk cairan, tak berwarna,
berbau menyengat, memiliki rasa asam yang tajam, larut dalam air, alkohol,
gliserol, dan eter. Pada tekanan atmosfer titik didihnya 118,1 oC.
Asam asetat mudah menguap sehingga penyimpanannya tertutup (Hardoyono, 2007).
Dibawah ini adalah tabel 2.2 yang
merupakan sifat fisika dan sifat kimia asam asetat sebagai berikut:
Tabel 2.2
Sifat Fisika dan Sifat Kimia Asam Asetat (CH3COOH)
No.
|
Sifat
Fisika
|
Sifat
Kimia
|
|
1.
|
Berat
molekul 60,5 g/mol
|
Larut
dalam air, dietil eter
|
|
2.
|
Titik
didih 118,1 oC
|
Mudah
terbakar
|
|
3.
|
Densitas
2,07 (Air = 1)
|
Reaktif
dengan agen oksidator
|
|
4.
|
Tekanan
uap 1,5 kPa (@20 oC)
|
Sedikit
korosif dengan Al
|
|
5.
|
Tidak
berwarna
|
Tidak
terjadi polimerisasi
|
(Sciencelab,
2017b).
2.6.3
Yakult
Yakult adalah
minuman prebiotik mirip yogurt yang dibuat dari fermentasi skimmed milk (susu skim) dan gula dengan bakteri Lactobacillus casei. Karena L. casei Shirota dapat ditemui dalam
sistem pencernaan. Kultur yakult menghasilkan sejumlah kecil asam sitrat, aam
suksinat, asam malat, asam asetat, asetaldehid, diasetil dan asetoin (Aras,
2009).
BAB
III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
Bahan
dan Fungsi
Adapun bahan–bahan yang digunakan di dalam percobaan
ini adalah :
1.
Aquadest
(H2O)
Fungsi :
Sebagai sampel dan pelarut.
2.
Chloroform (CHCl3)
Fungsi :
Sebagai sampel.
3.
Susu
Bear Brand
Fungsi :
Sebagai sampel.
3.2
Alat
dan Fungsi
Adapun peralatan yang digunakan di dalam percobaan
ini adalah :
1.
Viskosimeter Ostwald
Fungsi :
Untuk mengukur viskositas dari suatu sampel.
2.
Stopwatch
Fungsi :
Untuk menghitung waktu.
3.
Gelas Ukur
Fungsi :
Untuk mengukur volume sampel yang akan digunakan.
4.
Karet Penghisap
Fungsi : Untuk menghisap sampel agar naik ke
batas atas pada
viskosimeter.
5.
Piknometer
Fungsi :
Untuk mengukur densitas dari sampel.
6.
Beaker
Glass
Fungsi :
Untuk menampung sampel yang akan digunakan.
7.
Termometer
Fungsi :
Untuk mengukur suhu.
8.
Neraca Elektrik
Fungsi :
Untuk menimbang sampel.
9.
Hot Plate
Fungsi : Untuk memanaskan sampel.
10.
Corong
gelas
Fungsi : Untuk mempermudah memasukkan larutan
ke dalam
viskosimeter
Ostwald.
3.3
Prosedur
Percobaan
3.3.1 Prosedur
Penyiapan Larutan Asam Asetat 20 %
1.
Dipipet 20 ml asam asetat
dan dimasukkan ke dalam beaker glass.
2.
Ditambahkan aquadest (H2O) ke dalam beaker glass sampai volumenya 100 ml.
3.
Diaduk larutan
hingga membentuk larutan homogen.
3.3.2 Prosedur
Penyiapan Larutan Asam Asetat 40 %
1.
Dipipet 40 ml asam asetat dan dimasukkan ke dalam beaker glass.
2.
Ditambahkan aquadest (H2O) ke dalam beaker glass sampai volumenya 100 ml.
3.
Diaduk larutan
hingga membentuk larutan homogen.
3.3.3 Prosedur
Penyiapan Yakult 20 %
1.
Dipipet 20 ml yakult
dan dimasukkan ke dalam beaker glass.
2.
Ditambahkan aquadest (H2O) ke dalam beaker glass sampai volumenya 100 ml.
3.
Diaduk larutan hingga
membentuk larutan homogen.
3.3.4 Prosedur
Penyiapan Larutan Susu “Bear Brand”
40 %
1.
Dipipet 40 ml yakult dan dimasukkan ke dalam beaker glass.
2.
Ditambahkan aquadest (H2O) ke dalam beaker glass sampai volumenya 100 ml.
3.
Diaduk larutan
hingga membentuk larutan homogen.
3.3.5 Prosedur
Penentuan Suhu
1.
Masukkan larutan
asam
asetat dan yakult di dalam labu erlenmeyer
yang berbeda-beda sesuai dengan konsentrasi larutan.
2.
Siapkan es batu
masukkan ke dalam ember dan taburi garam secukupnya untuk mencegah es batu
mencair seluruhnya.
3.
Sebelumnya
hitung terlebih dahulu suhu sampel larutan, kemudian masukkan labu erlenmeyer ke dalam ember mengenai es
batu sampai didapat sampel dengan suhu 15 oC.
4.
Kemudian ambil
labu erlenmeyer dan larutan siap dihitung densitas serta nilai
viskositas untuk suhu tersebut.
5.
Untuk suhu 30 oC larutan siap dihitung
densitasnya.
6.
Untuk suhu 45 oC, larutan dipanaskan pada water batch dan kemudian ambil labu erlenmeyer dan larutan siap dihitung
densitas serta nilai viskositas untuk suhu tersebut.
3.3.6 Prosedur
Penentuan Densitas
1.
Ditimbang massa
piknometer kosong ukuran 25 ml di neraca analitik.
2.
Piknometer diisi
dengan larutan asam asetat 20 % yang memiliki suhu 15 oC sebanyak 25
ml.
3.
Piknometer yang
berisi larutan sampel ditimbang, massanya dikurangkan dengan massa piknometer
kosong tadi, sehingga diperoleh massa sampel.
4.
Dihitung
densitas sampel dengan rumus
5.
Ulangi percobaan 1-4 untuk
variasi suhu 30 oC dan 45 oC
untuk sampel asam asetat 40 %, serta yakult 20 % dan 40
%.
3.3.7 Prosedur Penentuan Viskositas
1.
Sampel asam asetat
20 %
sebanyak 15 ml dituang ke dalam viskometer Ostwald.
2.
Sampel dihisap dengan karet penghisap sampai melewati batas
atas.
3.
Dilepaskan karet penghisap, kemudian sampel dibiarkan
mengalir sampai melewati batas bawah pada alat viskometer Ostwald.
4.
Waktu dicatat apabila sampel telah mencapai batas bawah.
5.
Ulangi percobaan diatas sampai 3 kali percobaan.
6.
Ulangi percobaan 1-5 untuk
variasi sampel yang lain yaitu asam asetat 40 % dengan suhu 15 oC, 30 oC, dan 45 oC serta yakult 20 % dan 40 % pada suhu 15 oC,
30 oC, dan 45 oC.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
percobaan viskositas untuk aquadest,
asam asetat, dan yakult dengan menggunakan metode viskosimeter Ostwald ditampilkan pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Hasil
Percobaan
Sampel
|
Kosentrasi
(%)
|
T
(oC)
|
r
(g/ml)
|
t
(s)
|
Viskositas
praktek µ
(cP)
|
Viskositas
teori μ
(cP)
|
Aquadest
(H2O)
|
100
|
15
|
1,026
|
65,33
|
-
|
0.6159
|
30
|
1
|
54,19
|
-
|
0.8007
|
||
45
|
0,967
|
50,95
|
-
|
0.5954
|
||
Asam Asetat
(CH3COOH)
|
20
|
15
|
1,023
|
71,84
|
0,675
|
-
|
30
|
1,025
|
98,75
|
1,496
|
-
|
||
45
|
1,059
|
80,56
|
1,031
|
-
|
||
40
|
15
|
1,094
|
100,43
|
1,009
|
-
|
|
30
|
1,095
|
108,52
|
1,757
|
-
|
||
45
|
1,116
|
93,45
|
1,260
|
-
|
||
Yakult
|
20
|
15
|
1,417
|
73,41
|
0,956
|
-
|
30
|
1,409
|
62,95
|
1,311
|
-
|
||
45
|
1,404
|
58,58
|
0,993
|
-
|
||
40
|
15
|
1,43
|
75,72
|
0,995
|
-
|
|
30
|
1,428
|
75,61
|
1,533
|
-
|
||
45
|
1,419
|
69,32
|
1,188
|
-
|
Keterangan
:
T = Suhu (oC)
ρ = Densitas sampel (g/ml)
t = Waktu (s)
μ =
Viskositas (cP)
4.1 Pengaruh
Temperatur terhadap
Viskositas
Gambar
4.1 menampilkan
pengaruh
temperatur
terhadap viskositas
sampel sebagai berikut :
Gambar 4.1 Profil
Temperatur terhadap Viskositas
Hasil percobaan pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa nilai viskositas
mengalami kenaikan untuk semua sampel terhadap suhu 30 oC. Pada suhu
45 oC semua sampel mengalami penurunan viskositas.
Viskositas cairan akan turun dengan naiknya
temperatur, sedangkan viskositas gas naik dengan naiknya temperatur. Pemanasan
zat cair menyebabkan molekul-molekulnya memperoleh energi. Molekul-molekul
cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul melemah. Dengan demikian
viskositas cairan akan turun dengan kenaikan temperatur (Wati, 2012).
Koefisien viskositas
berubah-ubah dengan berubahnya temperatur, dan hubungannya adalah
log η = A +B/T (Dita,
2012).
Dimana A dan B
adalah konstanta yang tergantung pada cairan. Persamaan diatas dapat ditulis sebagai
η = A’ eksp (- ∆Evis/RT) (Dita,
2012).
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh
dari asam asetat 20 % dan 40 % tidak sesuai dengan teori. Hal yang sama terjadi
juga pada yakult 20 % dan 40 %.
Penyimpangan-penyimpangan
tersebut disebabkan oleh:
1. Sulit
mempertahankan suhu yang telah ditentukan saat analisa viskositas.
2. Ketidaktelitian
ketika melihat cairan tersebut mengalir melewati batas atas dan batas bawah yang
ada pada viskosimeter Ostwald.
4.2 Pengaruh
Konsentrasi Terhadap
Viskositas
Hasil percobaan pada gambar 4.1 dapat disimpulkan bahwa viskositas semua sampel
meningkat seiring dengan kenaikan konsentrasi. Dimana viskositas asam asetat
dengan suhu 15 oC pada konsentrasi 20 % dan 40 % akan naik seiring
dengan kenaikan konsentrasi. Begitu juga untuk asam asetat suhu 30 oC,
45 oC dan yakult pada suhu 15 oC, 30 oC dan 45
oC mengalami kenaikan viskositas dari kenaikan konsentrasi.
Berdasarkan
teori, viskositas larutan
berbanding lurus secara eksponensial dengan konsentrasi larutan itu sendiri.
Perbedaan konsentrasi mengakibatkan perbedaan viskositas dari larutan (Prisma, dkk., 2014).
µ = k
(Prisma, 2014).
dimana: μ =
viskositas(Pa s)
c = konsentrasi (g/desiliter)
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan
dengan konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena
konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume. Semakin
banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikel semakin tinggi dan
viskositasnya semakin tinggi pula (Prisma, 2014).
Berdasarkan penjelasan di
atas, dapat
disimpulkan hasil percobaan sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
viskositas berbanding lurus
dengan konsentrasi,
dimana semakin tinggi konsentrasi
maka viskositas semakin tinggi
dan semakin rendah konsentrasi
maka viskositas semakin menurun.
4.3 Pengaruh Densitas Terhadap Viskositas
Gambar
4.2 menampilkan pengaruh
densitas terhadap viskositas sampel sebagai berikut :
Gambar
4.2 Profil Densitas terhadap Viskositas
Hasil percobaan pada gambar 4.2 menunjukkan bahwa nilai viskositas
mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan densitas pada asam asetat 20 % dan
40 %. Sedangkan untuk yakult 20 % dan 40 % mengalami ketidakseimbangan antara
viskositas dengan densitas dimana viskositasnya mengalami penurunan viskositas
seiring dengan kenaikan densitas
Secara
teori, nilai viskositas sebanding dengan nilai densitas suatu cairan. Jadi, bila densitas suatu cairan tinggi, maka
viskositas cairan tersebut juga akan meningkat (Wahyuni, 2012).
Pola aliran fluida dalam pipa dipengaruhi oleh beberapa peubah yaitu:
1. Diameter pipa
(D)
2. Kecepatan
rata-rata fluida dalam pipa (v)
3. Viskositas fluida
dalam pipa (m)
4. Densitas fluida
(r)
Hubungan antara peubah-peubah
ini dinyatakan dalam kelompok tidak berdimensi yang dikenal dengan bilangan Reynolds
(Re) :
(Rahayuningsih,
2010).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk sampel asam
asetat 20 % dan 40 % telah sesuai dengan teori dimana nilai viskositas
sebanding dengan nilai densitas suatu cairan. Sedangkan untuk sampel yakult 20
% dan 40 % tidak sesuai dengan teori.
Penyimpangan-penyimpangan
tersebut disebabkan oleh :
1. Sulit
mempertahankan suhu yang telah ditentukan saat analisa viskositas.
2. Ketidaktelitian
ketika melihat cairan tersebut mengalir melewati batas atas dan batas bawah
yang ada pada viskosimeter Ostwald.
4.4 Pengaruh Berat Molekul Terhadap Viskositas
Gambar 4.3 menampilkan pengaruh berat molekul
terhadap viskositas asam
asetat sebagai berikut :
Gambar 4.3 Profil Berat Molekul
terhadap Viskositas
Hasil percobaan pada gambar 4.3 menunjukkan bahwa nilai
viskositas mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan berat molekul pada suhu
15 oC, 30 oC, dan 45 oC.
Viskositas naik dengan
naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran alkohol cepat, larutan minyak laju
alirannya lambat dan kekentalannya tinggi serta laju aliran
lambat sehingga viskositas juga tinggi (Reza, dkk., 2013).
Perbandingan
antara viskositas suatu larutan polimer terhadap viskositas pelarut murni dapat
dipakai untuk menentukan berat molekul suatu polimer. Viskositas intrinsik dapat
dikaitkan pada berat molekul melalui persamaan yang dikemukakan oleh Mark dan Houwink
:
[µ] = K
(Wahyuni, 2012).
dimana
[µ] adalah viskositas intrinsik, K dan a merupakan tetapan yang
khas untuk sistem polimer-pelarut pada temperatur tertentu (Wahyuni, 2012).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh dari percobaan untuk setiap pada sampel asam
asetat telah sesuai dengan teori dimana viskositas suatu larutan.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan , kesimpulan yang
diperoleh adalah :
1. Viskositas suatu cairan berbanding terbalik dengan
temperatur dari larutan sampel tersebut.
2. Viskositas suatu cairan berbanding lurus dengan konsentrasi, densitas, dan
berat molekul dari larutan sampel
tersebut.
3. Densitas larutan asam asetat lebih besar dibandingkan
larutan yakult.
4. Larutan asam
asetat 40 % lebih kental dibandingkan larutan yakult 40 % dikarenakan nilai
viskositas larutan asam asetat 40 % lebih besar dari pada larutan yakult 40 %.
5. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai batas bawah
larutan asam asetat lebih lama dibandingkan larutan yakult.
5.2
Saran
Saran-saran yang perlu disampaikan
untuk percobaan ini adalah:
1. Disarankan
agar praktikan memegang viskometer Ostwald
dengan seimbang sehingga waktu yang diperlukan sampel untuk turun berbeda-beda.
2. Disarankan agar praktikum
selanjutnya menggunakan sampel berwujud gas sehingga dapat dijadikan pembeda
antara viskositas zat cair dan viskositas gas.
3. Disarankan agar praktikan dapat lebih teliti dalam perhitungan
waktu suatu cairan dengan menggunakan stopwatch.
4. Disarankan untuk penggunaan
viskosimeter Ostwald dilakukan
secepat mungkin, untuk menghindari
perubahan suhu sampel.
5.
Disarankan penimbangan sampel diharapkan
di ruangan khusus sehingga faktor-faktor pengganggu seperti debu dan angin, yang memiliki
tekanan yang dapat menyebabkan kesalahan penimbangan dapat dihindarkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Aras, Sandira.
2009. Viskositas Fluida. Surabaya :
Universitas Negeri Surabaya.
Budianto, Anwar. 2008. Metode Penentuan Koefisien Kekentalan Zat
Cair Dengan Menggunakan Regresi Linear Hukum Stokes. Yogyakarta : Sekolah
Tinggi Teknologi Nuklir.
Dita, Trisna. 2012. Viskositas. Semarang : Universitas Diponegoro.
Geankoplis. 1993. Process De Transporte Y Operaciones
Unitarias.
Hardoyono, Chintya. 2007. Ukuran Kekentalan Fluida (Viskositas).
Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Leblanc, Max. 1999. Pengaruh Suhu
Dan Konsentrasi Terhadap Viskositas
Fluida. Palembang :
Universitas Sriwijaya.
Ningrum, Sinta Kusuma dan
Moh Toifur. 2014. Penentuan Viskositas
Larutan Gula Menggunakan Metode Vessel Terhubung Viskosimeter Berbasis Video
Based Laboratory Dengan Software Tracker. Yogyakarta : Universitas Ahmad
Dahlan.
Permatasari, Prita. 2010. Perancangan Temperatur Control System Pada
Internal Flow Fluida Viscous. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Prisma, Antonius. 2014. Pengaruh Konsentrasi Dan Viskositas Larutan
Polistiren Terhadap Morfologi Permukaan Dan Ketebalan Lapisan ZnPc Pada
Permukaan QCM. Malang : Universitas Brawijaya.
Rahayuningsih, Edia. 2010. Transportasi Bahan Dan Sedimentasi.
Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Reza, Alfian Muhammad. 2013.
Viskositas.Surabaya : Institut
Teknologi November.
Sari, Diah Ratna. 2007. Viskositas. Bandung : Institut Teknologi
Bnadung.
Sciencelab. 2017a. Aquadest. www.Sciencelab.com.
Diakses pada tanggal 27 Maret 2017.

Strasse, Buchari. 2010. Metode Penentuan Koefisien Kekentalan Zat
Cair Dengan Menggunakan Bola Jatuh. Malang : Universitas Brawijaya.
Torryselly, Paian Oppu.
2008. Analisa Efek Secondary Flow Pada
Pipa Bulat Dan Kotak. Jakarta : Universitas Indonesia.
Wahyuni, Ika. 2012. Penentuan Berat Molekul (Mn) Polimer Dengan Metode Viskositas. Surabaya
: Universitas Airlangga.
Wati, Susilo. 2012. Viskositas. Makasar : Universitas Hasanuddin